Rabu, 10 Juni 2015

Sejarah Uang Kertas

Sejarah ada untuk
menjadi pelajaran bagi kita. Baik itu untuk
mempelajari hal terkait ideologi, politik, sosial,
pertahanan, agama, dan lainnya, termasuk
ekonomi. Seperti dengan memahami sejarah
hadirnya kertas bernama “uang” di muka bumi ini,
kita dapat membongkar muslihat kaum Zionis
Iluminati untuk menguasai dunia yang sejatinya
“Allah wariskan kepada orang-orang yang
beriman.”
Berikut Arrahmah kutipkan peran uang dalam
sejarah, sebagai salah satu taktik Yahudi untuk
menguasai dunia, dari Lampu Islam , pada Selasa
(9/6/2015).
Kepingan koin emas (Foto: Google)
Dahulu kita mengenal sistem jual beli yang
dinamakan “barter” sebagai cikal bakal alat tukar
yang sekarang kini kenal dengan sebutan “uang”.
Pada sejumlah kecil buku sejarah SMP dapat
ditemui, setelah masa-masa pertukaran barang
dengan barang, masa berikutnya menceritakan
tentang alat tukar lain yang dikonversi dalam
bentuk emas. Sistem pertukaran ini dilakukan
karena emas dianggap logam mulia yang langka
dan tidak bersifat radioaktif (alasan yang telah
dirumuskan oleh para ahli).
Dengan kedua kategori tersebut, terkumpullah 4
unsur: radium, paladium, platinum, dan emas.
Radium dan Paladium baru ditemukan pada akhir
abad ke-18, dimana proses jual beli telah terjadi
jutaan tahun sebelumnya, jadi menyingkirlah kedua
unsur ini dari kandidat utama. Kemudian, Platinum.
Seperti yang kita ketahui, Platinum hanya dapat
meleleh dan dibentuk pada suhu 16000C, dimana
teknologi terkini tidak dapat melakukannya secara
efisien dan berbudget murah. Karena itulah emas
tampil sebagai satu-satunya logam yang didaulat
menjadi alat tukar.
Namun, seiring berjalannya waktu, alat tukar emas
pun ditinggalkan dan diganti dengan lembaran-
lembaran kertas bernominal dengan alasan
efektifitas dan kelangkaan emas. Benarkah begini
kenyataannya? Sayang sekali buku sejarah kita
tidak menuliskan cerita alasan peralihan tersebut.
Dengan demikian, penulis menjjabarkannya satu
persatu agar kita semua paham, ada sebuah
konspirasi mengerikan di baliknya.
Tahukah kita bahwa kaum Yahudi dahulu dilarang
memiliki tanah di sebagian besar penjuru dunia?
Tentu saja ada ingatan menggelitik tentang hal ini,
bahwa sesuai janji Allah, mereka tidak akan
mendapatkan tempat di manapun di Bumi ini
setelah peristiwa pembangkangan mereka
terhadap Nabi Musa ‘alaihis salaam.
Namun kita juga harus cermat memahami sejarah,
bahwa mereka adalah kaum yang dikaruniai akal
yang cerdas dan keahlian yang luar biasa banyak.
Karena itulah mereka tidak kehabisan cara untuk
tetap menjaga eksistensi kaum mereka. Sejak saat
larangan memiliki tanah di Eropa bagi kaum Yahudi
dikeluarkan, mereka menjadi kaum terpinggirkan
yang tidak memiliki rumah dan harapan. Karena itu
mereka memilih menjadi penyedia jasa untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jasa
apakah yang mereka pilih? Mereka memilih
menjadi penjual jasa penyimpanan emas.
Pilihan yang menakjubkan, karena ini berarti,
mereka dapat menggunakan emas emas yang
mereka dapatkan untuk kembali
melipatgandakannya dengan berbagai cara. Seperti
yang telah kita ketahui sebelumnya, mereka
memang bangsa yang cerdas, namun juga licik.
Mulai saat itu, mereka mulai dikenal dengan nama
“goldsmith” .
Mereka memulai dengan memberikan sertifikat
atas tanda bukti penyerahan emas yang dilakukan
orang-orang kepada mereka. Semakin banyak
orang yang menabung, semakin banyak sertifikat
yang mereka keluarkan dan semakin banyak emas
yang mereka timbun. Para pemilik emas hanya
tinggal menukarkan sertifikat mereka apabila
mereka ingin mengambil emas. Hasilnya, karena
banyak sekali orang kaya, emas milik masyarakat
tertimbun di gudang penyimpanan Yahudi,
sementara kebutuhan masyarakat atas alat tukar
sudah mulai tergantikan dengan sertifikat-
sertifikat yang mereka miliki. Inilah cikal bakal
uang kertas yang beredar hari ini.
Karena banyaknya emas yang tertimbun, mulailah
kaum Yahudi memikirkan cara lain untuk
mendapatkan uang. Mereka menyediakan jasa
peminjaman. Dengan emas dari para investor,
mereka menggunakannya untuk meminjamkan
kembali dengan imbalan berlipat. Inilah yang kelak
akan kita kenal dengan bunga. Kaum yahudi hanya
tinggal menyerahkan sertifikat kepada para
peminjam dan menerima emas sebagai
pengembalian pinjaman. Hasilnya? Ini menjadi
bisnis paling menguntungkan sepanjang sejarah
manusia.
Tidak heran BANK dengan praktek RIBA sudah
marak dan sangat jelas, karena yang menciptakan
sistem riba mereka adalah Yahudi. Sistem riba
dibuat atas dasar hawa nafsu untuk mencari
keuntungan yang besar dengan cara bathil,
sehingga Allah subhanahu wata’ala
mengharamkannya.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak
orang yang menjadi debitor. Mereka rela antri
duduk di bangku panjang untuk mendapatkan
pinjaman dari goldsmith. Bangku panjang (banque)
tempat duduk para calon debitor itu yang kemudian
menjadi cikal bakal istilah “bank”. Dalam waktu
tidak terlalu lama, para goldsmith menjadi orang-
orang terkaya di dunia.
Para bangsawan dan para raja yang serakah
membutuhkan dana untuk membiaya tentara, dan
belanja pegawainya. Mereka pun tidak bisa
menghindar untuk menjadi mangsa para goldsmith
yang kemudian berganti istilah menjadi banker
(pemilik bangku). Sekali meminjam, nilainya jutaan
kali pinjaman yang diterima individu-individu, dan
begitu juga keuntungan yang didapatkan banker.
Para banker itu senang dengan sifat serakah para
raja dan bangsawan yang suka berperang
memperebutkan kekuasaan. Semakin serakah
mereka, semakin banyak perang yang dijalaninya
dan itu berarti semakin banyak pinjaman yang bisa
diberikan para banker.
Dalam banyak kasus, ketika perdamaian terjadi,
para banker justru menjadi provokator politik untuk
memicu peperangan. Di antara perang yang
mereka rancang adalah demi tujuan emas semata.
Sebut saja Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Setelah perang, para pemimpin dan sekaligus juga
rakyat negara-negara yang terlibat perang menjadi
sapi perahan para bankir atas hutang yang mereka
tanggung. Selanjutnya, selain mendapatkan
keuntungan materi yang tiada tara, banker juga
mendapatkan keuntungan politik yang besar.
Mereka dapat dengan mudah mengangkat
seseorang menjadi penguasa semudah mereka
menjatuhkannya dari kekuasaan. Dan semakin
besar kekuasaan politik mereka, semakin besar
pula keuntungan ekonomi mereka. Politik dan uang,
dua sisi mata uang yang sama, semuanya telah
dimiliki para banker.
Sistem perbankan yang berlaku saat ini adalah
sistem yang sama dengan sistem perbankan
goldsmith, dengan kualitas dan kuantitas yang jauh
lebih besar. Contohnya bank kini bahkan tidak
perlu lagi mengeluarkan uang kertas atau sertifikat
untuk memberikan pinjaman.
Cukup dengan sebuah entry di komputer alias
dengan udara kosong ( abab, istilah Jawanya)
maka kredit sudah diberikan. Dan kemudian, para
debitor harus membayar dengan darah dan
keringat atas abab yang diberikan banker. Jika
gagal membayar, harta bendanya disita oleh bankir
sebagaimana dialami jutaan debitor sub-prime
mortgage di Amerika akhir-akhir ini.
Para bankir internasional saat ini adalah keturunan
para goldsmith jaman dahulu. Sebagian besar bank
di dunia, termasuk Indonesia, adalah milik para
bankir internasional itu.
Pada suatu saat para banker itu bosan dengan
tumpukan uang kertas yang menumpuk di gudang
mereka setelah sebelumnya persediaan emas
dunia kering tersedot ke brankas mereka kecuali
sebagian kecil yang dipakai masyarakat sebagai
perhiasan.
Mereka ingin pembayaran riil yakni, properti, tanah,
emas, asset-asset perusahaan dan sebagainya.
Maka mereka menghentikan suplai uang kertas
dan menarik yang sudah beredar. Istilahnya
kebijakan “tight money”. Dunia pun mengalami
krisis finansial yang merembet ke seluruh sektor
ekonomi. Perusahaan-perusahaan bangkrut,
debitor-debitor tidak dapat membayar hutangnya,
saham perusahaan-perusahaan anjlok.
Saat inilah para bankir itu menjalankan
rencananya: memborong perusahaan-perusahaan
yang bangkrut, saham-saham perusahaan yang
anjlok, dan menyita harta benda debitor yang gagal
bayar. Maka dalam waktu singkat terjadi
pemindahan kekayaan besar-besaran dari
masyarakat ke kas para banker. Dan dalam situasi
itu, mereka dengan bersembunyi di balik jubah IMF
dan Bank Dunia, datang menawarkan “bantuan”
yang sebenarnya berupa kredit berbunga ganda
yang mencekik leher dan hanya membuat manusia
semakin jatuh dalam cengkeraman kekuasaan
mereka.
Hal inilah yang terjadi pada fenomena Depresi
Besar tahun 1930-an, Krisis Moneter tahun 1997
dan Krisis Finansial Global saat ini. Bahkan saat ini
AMERIKA pun tak luput dari tipu daya segelintir
orang tersebut. Amerika Serikat diambang resesi.
Dengan utangnya yang mencapai $ 14,3 triliun
dollar atau setara dengan 100 persen dari PDB-
nya. Persetujuan Kongres tentang kenaikan utang,
yang menyelamatkan Amerika Serikat dari gagal
bayar (default), tak mendapat sambutan positif di
seluruh pasar bursa saham. Nilai perdagangan di
bursa saham, semuanya rontok, dan berimbas ke
seluruh dunia.
Tak dapat dipungkiri, emas adalah pondasi sebuah
kekuasaan. Tiga rencana besar masa penjajah
yang datang ke Indonesia, dimana dapat kita
temukan pada buku-buku sejarah adalah: gold
(emas), glory (kejayaan), dan gospel
(menyebarkan agama). Pada mulanya mereka
menguasai sistem perekonomian kita, kemudian
mereka akan mendapati diri mereka berjaya diatas
dunia, bahkan antek-antek perdamaian yang
bersembunyi dibalik topeng PBB adalah boneka
mereka. Sejatinya, merekalah yang menjadi
pemimpin dunia saat ini, karena dunia bungkam
dan enggan melawan mereka. Setelah kejayaan
mereka peroleh, dengan mudahnya mereka akan
menanamkan pikiran-pikiran menyesatkan
mengenai ajaran yang kita kenal dengan sebutan
illuminati atau freemason. Jangan heran mengapa
di mata uang kertas 1 Dollar ada Lambang
illuminati.
Lambang Iluminati pada 1 dolar AS
Manusia semakin terjebak dalam kefanaan dan
kebohongan, melalui emas kemerdekaan pikiran
kita dijajah dan kini… masihkah kalian berpikir
untuk memakai sistem-sistem yang mereka
ciptakan untuk menguasai kita?
Apakah Anda berpikir, Anda sudah merdeka dari
penjajahan? Tidak, kembali ke tujuan utama
mereka yaitu exploitasi (GOLD-kekayaan) tambang
yang berlimpah ruah, bisa Anda hitung tambang di
negara ini dikelola oleh negara berapa %
dibandingkan pihak asing?
Peta kepemilikan asing atas tambang migas di
Indonesia (Foto: Kaskus)
Maka, sudah saatnya kita menjadikan sistem
mereka sebagai bumerang yang akan
menghancurkan mereka pada akhirnya, karena
mereka kini sudah menjadi antek-antek setan
untuk menyesatkan manusia. Tidakkah kalian ingat
firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Hijr ayat
39-40?
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik
perbuatan maksiat di muka bumi dan pasti aku
akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali
hamba-hamba yang engkau beri petunjuk diantara
mereka.”
Terkadang kita lupa dan terlalu sibuk memikirkan
musuh yang tampak di hadapan mata namun kita
lengah dengan hasutan dan bisikan setan yang
membuat kita terbuai dengan keadaan dan enggan
menyingsingkan lengan untuk berperang.
Koin dinar dan koin dirham (Foto: Google)
Percayakah kalian, bahwa 14 abad yang lalu, pada
zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
seekor kambing dihargai dengan 1-2 dinar.
“Ali bin Abdullah menceritakan pada
kami, Sufyan menceritakan pada kami,
Syahib bin Gharqadah menceritakan
pada kami, ia berkata: penulis
mendengar penduduk bercerita tentang
Urwah, bahwa Nabi Muhammad SAW
memberikan uang 1 Dinar kepadanya
agar dibelikan seekor kambing untuk
beliau (H.R Bukhari).”
Dan hari ini, seekor kambing pun dapat kita beli
dengan harga 1-2 dinar juga. Emas tidak akan
berkurang nilainya, jika harga emas dalam rupiah
berkurang, maka harga kebutuhan sehari-hari
disekitar kita pasti mengalami penurunan.
Pintar sekali bukan? Mereka mereka membuat
teori baru dalam sistem ekonomi yang rumit
mengatakan bahwa kemampuan jual-beli suatu
negara mengakibatkan inflasi atau deflasi nilai
mata uang. Padahal yang terjadi hanyalah mereka
menghentikan peredaran uang kertas dan
membuat semua orang berada dalam himpitan
ekonomi.
Seperti yang telah mereka lakukan untuk
memanipulasi pikiran kita tentang uang kertas, kita
dapat mengembalikan kebenaran dengan
menggunakan uang emas. Karena itu, hati-hatilah
menyimpan uang dalam jumlah besar atau
berinvestasi dalam bentuk kertas. Banyak sekali
jasa yang disediakan oleh lembaga-lembaga
keuangan syariah untuk menabung dinar. Alangkah
lebih amannya kita menyimpan harta yang kita
miliki dalam bentuk dinar agar tidak terkena inflasi
dan penurunan nilai.